Asuhan Keperawatan Hipoparatiroid
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hipoparatiroid adalah hipofungsi kelenjar paratiroid sehingga
tidak dapat mensekresi hormon paratiroid dalam jumlah yang cukup. (Guyton)
Hipoparatiroidisme adalah keadaan
berkurangnya kerja dari pada kelenjar paratiroid yang di sertai penurunan kadar
kalcium dalam serum hingga menyebabkan tetani. Hipoparatiroid juga merupakan
gabungan dari gejala produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa hipoparatiroid hipofungsi dari kelenjar paratiroid sehingga hormon
paratiroid tidak dapat disekresi dalam jumlah yang cukup, dengan gejala
utamanya yaitu tetani.
Penyebab spesifik dari penyakit
hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat
ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua
penyebab utama:
1. Post
operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2. Idiopatik,
penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
definisi dari Hernia Hipoparatiroid?
2. Apa
etiologi dari penyakit Hipoparatiroid?
3. Apa
manifestasi klinis dari Hipoparatiroid?
4. Bagaimana
patofisiologi dari penyakit Hipoparatiroid?
5. Bagaimana
konsep keperawatan dari penyakit Hipoparatiroid?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dan gambaran yang jelas tentang penerapan asuhan
keperawatan pada penderita penyakit Hipoparatiroid. Serta di
harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan tentang penyakit Hipoparatiroid.
2.
Tujuan Khusus
Dengan
membaca makalah ini mahasiswa ataupun pembaca mampu:
a.
Mengetahui bagaimana konsep dasar dari penyakit Hipoparatiroid
b.
Mengetahui bagaimana konsep keperawatan dari penyakit Hipoparatiroid
D.
Manfaat Penulisan
1.
Bagi institusi pendidikan
a.
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
pembelajaran atau perkuliahan mengenai konsep dasar dan konsep keperawatan yang
berhubungan dengan penyakit Hernia Nukleus Pulposus
2.
Bagi profesi keperawatan
a.
Dapat menjadi penambah pengetahuan mengenai konsep
dasar dan konsep keperawatan khususnya dalam melakukan praktik kesehatan serta
dalam proses pembuatan ASKEP
3.
Bagi penulis
a.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang konsep dasar
dan konsep keperawatan mengenai penyakit Hernia Nukleus Pulposus, serta dapat
dijadikan sebagai panduan belajar dan dalam pembuatan asuhan keperawatan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Medis
1.
Definisi
Hipoparatiroidisme merupakan penyakit
yang disebabkan oleh penyakit, cedera, atau malfungsi congenital kelenjar
paratiroid. Karena kelenjar paratiroid memiliki fungsi primer mengatur
keseimbangan kalsium maka kondisi hipoparatiroidisme akan menyebabkan
hipokalsemia dan akibatnya dari psrestesia hingga tetani. (Kowalak, Welsh, 2016)
2.
Etiologi
Hipoparatiroidisme dapat bersifat akut
atau kronis dan bisa diklasifikasikan sebagai kelainan idiopatik atau didapat
akuisita. Keadaan yang mungkin menyebabkan hipoparatiroidisme meliputi :
a.
Pancreatitis akut atau malabsorpsi
b.
Gagal ginjal
c.
Osteomalasia
d.
Gangguan genetic autoimun atau kondisi
congenital tidak adanya kelenjar paratiroid
e.
Secara tidak sengaja terjadi
pengangkatan atau cedera kelenjar paratiroid ketika dilakukan tiroidektimo atau
pembedahan leher lain atau kadang-kadang radiasi yang massif pada kelenjar
paratiroid
f.
Infark iskemik kelenjar paratiroid
selama pembedahan, amiloidosis, neoplasma atau trauma
g.
Kerusakan sintesis dam pelepasan hormone
akibat hipomagnesia, supresi fungsi kelenjar yang normal akibat hiperkalasemia
dan keterlambatan maturasi fungsi paratiroid. (Kowalak, Welsh, 2016)
3.
Patofisiologi
Produksi hormone paratiroid yang kurang
akan menyebabkan hipokalsemia dan hiperfosfatemia. Pembedahan dengan manipulasi
leher dapat merusak kelenjar paratiroid dan kejadian ini mungkin timbul karena
tindakan tersebut menyebabkan iskemia.Derajat hipoparatiroidisme dapat
bervariasi mulai dari penurunan simpanan hormone paratiroid hingga gejala
tetani yang nyata.Hipomagnesemia dapat mencegah sekresi hormone paratiroid pada
pasien dengan kehilangan magnesium yang kronis melalui traktur GI, defisiensi
gizi, dan kehilangan magnesium melalui ginjal. (Kowalak, Welsh, 2016)
4.
Manifestasi klinis
a.
Hipoparatiroidisme yang ringan dapat
asimptomatik kendati biasanya menyebabkan :
1)
Hipokalsemia dan kadar fosfat serum yang
tinggi yang mengenai system saraf pusat dan system lain
b.
Tanda dan gejala hipoparatiroidisme
kronis meliputi :
1)
Iritabilitas neuromuskuler, peningkatan
reflex tendon dalam, tanda chvostek, disfagia, sindrom otak organic, psikosis,
defisiensi mental pada anak-anak dan tetani
2)
Sulit berjalan dan tendensi terjatuh
atau roboh
c.
Tanda dan gejala hipoparatiroidisme akut
meliputi :
1)
Rasa kesemutan pada ujung-ujunga jari
tangan, disekitar mulut dan kadang-kadang pada kaki, ketegangan serta spasme
otot yang menjalar serta bertambah parah dan akibatnya aduksi ibu jari tangan,
oergelangan tangan, serta sendi siku, rasa nyeri yang bervariasi menurut
derajat ketegangan otot tetapi jarang mengenai wajah, tungkai dan kaki
2)
Laringospasme, stridor, sianosis dan
serangan kejang/bangkitan, semakin parah pada hiperventilasi, kehamilan,
infeksi, penghentian terapi hormone tiroid, atau pemberian diuretic dan sebelum
menstrusi
3)
Nyeri abdomen, malabsorbsi intestinal
disertai steatore, rambut kering dan kusam, kerontokan rambut spontan, kuku
jari tangan rapuh, dan memiliki garis tonjolan atau terlepas, kulit kering dan
bersisik, dermatitis eksfoliatif, infeksi kandida, katarak dan email gigi yang
lemah sehingga gigi mudah berubah warna pecah dan keropos. (Kowalak, Welsh, 2016)
5.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi
:
a.
Aritmia jantung
b.
Gagal jantung
c.
Katarak
d.
Klasifikasi ganglia basalis
e.
Pertumbuhan yang terhenti, malformasi
gigi dan retardasi mental
f.
Gejala perkinson
g.
Hipotiroidisme (Kowalak, Welsh, 2016)
6.
Interpretasi
hasil tes
a.
Serum
kalsium rendah akibat kadar PTH rendah
b.
Serum
fosfat naik akibat kadar TH rendah berkurangnya sekresi dari kelenjar
paratiroid
c.
Kalsium
urine rendah akibat PTH rendah
d.
Tanda
chvostek positif akibat kadar kalsium turun
e.
Tanda
trousseau positif akibat kadar kalsium turun
f.
Serum
PTH rendah akibat (Digiulio, 2014)
7.
Penatalaksanaan
Penanganan hipoparatiroidisme meliputi :
a.
Penyuntikan segera garam kalsium IV,
sepeti larutan kalsium glukonat 10% untuk meningkatkan kadar kalsium serum
terionisasi
b.
Bernapas di dalam kantong kertas dan
menghirup gas karbon dioksia yang dihembuskan pasien sendiri akan menimbulkan
asidosis respiratorik ringan yang meningkatkan kadar kalsium serum
c.
Pemberian sedative dan antikonvulsan
untuk mengendalikan spasme sampai kadar kalsium meningkat
d.
Peningkatan asupan kalsium dari makanan
e.
Terapi rumatan dengan pemberian suplemen
kalsium dan vitamin D per oral
f.
Pemberian suplemen vitamin D dan kalsium
karena absorpsi kalsium dalam usus halus
memerlukan keberadaan vitamin D
g.
Pemberian kalsitior jika ada gangguan
hepar atau renal yang membuat pasien tidak toleran terhadap vitamin D (Kowalak, Welsh, 2016)
B. Konsep
Dasar Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas pasien
b.
Riwayat kesehatan
1)
Keluhan utama: Biasanya klien merasa ada
kelainan bentuk tulang, perdarahan yang sulit berhenti, kejang-kejang, kesemutan
dan klien merasa lemas / lemah.
2)
Riwayat
kesehatan dahulu
Biasanya klien pernah megalami
tindakan operasi khususnya pengangkatan kelenjar tiroid atau kelenjar
paratiroid dan penyinaran pada leher.
3)
Riwayat
kesehatan sekarang
Biasanya klien kesemutan disekitar
mulut atau ujung jari tangan atau ujung jari kaki, disfagia dan disartria,
kelumpuhan otot-otot, aritmia jantung, gangguan pernapasan, epilepsi, gangguan
emosi seperti mudah tersinggung, emosi tidak stabil, gangguan ingatan dan
perasaan kacau, perubahan kulit rambut, kuku gigi, dan lensa mata, kulit kering
dan bersisik.
4)
Riwayat
kesehatan keluarga
Biasanya anggota keluarga yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga
dengan Hipoparatiroid.
c.
Pemeriksaan
fisik mencakup:
1)
Kepala
: Rambut hitam, rambut jarang dan tipis, tidak ada ketombe,rontok,rambut
bersih,dan tidak ada oedema.
2)
Wajah
: Tidak ada edama, luka, ataupun jahitan diwajah.
3)
Mata
: Kedua mata simestris, reflek cahaya norma pupil mengecil, sclara normal tidak
ikterik, conjunctiva norma pink muda tidak anemis.
4)
Hidung
: Tidak ada luka pada septum, hidung tidak ada secret dan darah, pernapasan
normal tidak ada cuping hidung.
5)
Bibir
: Tidak ada mukosa mulut,tidak ada oedema,bibir kering, warna bibir pucat, mulut
tidak berbau, adanya parestesis
6)
Gigi
: Gigi lengkap,tidak ada caries,gigi bersih.
7)
Lidah
: Bersih,tidak ada jamur,adanya parestesis
8)
Leher
: Adanya pembesaran kelenjer paratyroid,tidak ada kelenjer getah bening,dan
tidak ada pembengkakan JVP
9)
Thorak
: Inspeksi : Bentuk dada simetris ki/ka, pergarakan dada simestris kiri-kanan,
pernapasan tidak normal, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak bekas luka.
Palpasi : vocal fremitus simetris kiri-kanan. Perkusi : tidak ada perubahan
bunyi,tidak ada massa atau cairan,bunyi sonor. Auskultasi : biasanya terdengar
suara stridor, suara serak.
10) Jantung : Inspeksi : ictus cordis
tidak terlihat, adanya disritmia jantung, sianosis, palpitasi. Palpasi : Normal
teraba 1 jari terletak di IC V medial linea midklavikularis sinistra. Perkusi :
Normal yaitu pekak. Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan pada jantung.
11) Abdomen : Inspeksi : tidak ada
pembesaran rongga abdomen, tidak ada bekas luka dan operasi. Auskultasi :
bising usus normal 5-35 x/i. Palpasi : terdapat nyeri pada abdomen, tidak ada
pembesaran hepar, keadaan normal berada dibelakang arcus corta, tidak ada
pembesaran linen. Perkusi bunyi normal tympani, tidak ada kelainan
12) Genitalia : Bersih dan tidak ada
pemasangan kateter.
13) Ekstremitas : Kejang dan nyeri otot,
tangan dan kaki.
14) System integument : Turgor kulit
jelek, kulit kering, kulit seperti sisik
15) System neurologi Tingkat kesadaran
normal.
2. Diagnosis
Keperawatan
1. Hipotermia
b/d penurunaan laju metabolism
2. Intoleransi
aktivitas b/d imobilitas
3. Konstipasi
b/d kelemahaan otot badomen
4. Ketidakefektifan
pola napas b/d hiperventilasi
5. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhaan tubuh b/d faktor biologis
6. Defisiensi
pengetahuan b/d kurang sumber pengetahuan
7. Gangguan
pertukaran gas b/d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Intervensi
Keperawatan
No
|
Diagnosis
Keperawatan
|
NOC
|
NIC
|
1.
|
Hipotermia
berhubungan dengan penurunaan laju metabolism
Definisi :
suhu inti tubuh
dibawah kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi.
Batasan karakteristik
:
1.
Dasar kuku sianotik
2.
Bradikardia
3.
Kulit dingin
4.
mengigil
|
NOC
-
Tanda-tanda vital
-
Respon pengobatan
-
Status kenyamanaan fisik
Kriteria hasil :
-
Suhu tubuh dengan skala target
outcome dipertahankan pada skala 2 ( Deviasi yang cukup besar ddari kisaran
normal ) ditingkatkan ke 4 ( Deviasi ringan dari kisaran normal
-
Efek teraupetik yang diharapkan
dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 ( banyak terganggu ) di
tingkatkan ke skala 4 ( sedikit terganggu )
-
Perawatan pribadi dan kebersihaan
dengan skala target outcome di perthankan pada skala 2 ( banyak terganggu )
ditingkatkan ke skala 4 ( sedikit terganggu )
|
NIC
1. Perawataan
hipotermia
a. Monitor
suhu pasien , menggunakaan alat pengukur dan rute yang paling tepat
b. Bebaskan
pasien dari lingkungan yang dingin
c. Bagi
panas tubuh , gunakaan baju yang tidak terlalu tebal untuk memfasilitasi
pemindahaan panas.
2. Pengaturaan
suhu
a. Monitor
suhu paling tidak setiap 2 jam , sesuai kebutuhan.
b. Tingatkan
intake cairan dan nutrisi adekuat
c. Berikan
medikasi yang tepat untuk mencegah atau mengontrol mengigil
3. Manajemen
syok
a. Monitor
tanda-tanda vital, tekanan darah orthostatistik, status mental dan output
urin
b. Berikan
dukungan emosi pada pasien dan keluarga, dorong harapan yang realistis
c. Posisikan
pasien untuk mendapatkan perfusi yang optimal
.
|
2.
|
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan imobilitas
Definisi :
Ketidakcukupaan
energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesikan
aktivitas kehidupaan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
Batasan
karakteristik:
1. ketidaknyamanaan
setelah beraktivitas.
2. Ketidaknyamanaa
setelah beraktivitas
3. keletihaan
|
NOC
- Daya
tahan
- Istirahat
- Status
pernapasaan
Kriteria
hasil :
- Melakukan
aktivitas rutin dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 (
banyak terganggu ) di tingkatkan ke 4 ( sedikit terganggu)
- Kualitas
istirahat dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (banyak terganggu
) ditingkatkan ke 4 ( sedikit terganggu )
- Dispnea
dengan aktivitas ringan dengan skala target outcome di pertahankan pada skala
2 ( berat ) ditingkatkan ke 4 ( ringan )
|
NIC
1.
Terapi aktivitas
a. Pertimbangkan
kemampuan klien dalam berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
b. Dorong
aktivitas kreatif yang tepat
c. Bantu
klien untuk menjadwalkan waktu-waktu spesifik terkait dengan aktivitas harian
2.
Manajemen energi
a. Kaji
status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahaan sesuai dengan konteks
usia dan perkembangaan
b. Monitor
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat
c. Konsultasikan
dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan asupan energi dari makanaan
3.
fasilitasi meditasi
a. Siapkan
lingkungan yang tenang
b. Anjurkan
pasien untuk merileksasikan smua otot dan tetap santai
c. Beritahu
pasien untuk mengabaikan pikiran yang menganggu dengan kembali fokus dengan
meditasi
|
3.
|
Konstipasi
berhubungan dengan kelemahaan otot abdomen
Definisi :
Penurunaan frekuensi
normal defekasi yang disertai kesulitan atau pengeluaraan feses tidak tuntas
dan/atau feses yang keras, kering, dan banyak.
Batasan karakteristik
:
1.
Anoreksia
2.
Perubahaan pada pola defekasi
3.
Distensi abdomen
4.
Rasa tekan rektal
a.
|
NOC
- Nafsu
makan
- Tingkat
ketidaknyamanaan
- Perawataan
diri : eliminasi
Kriteria hasil :
- Hasrat
keinginaaan untuk makan dengan skala target outcome di pertahankan pada skala
2 ( banyak terganggu ) ditingkaatkan ke 4 ( seddikit terganggu )
- Nyeri
dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 ( cukup berat )
ditingkatkan ke 4 ( ringan )
- Sampai
ke toilet antara dorongan sampai keluarnya feses outcome di pertahankan pada
skala 2 ( banyak terganggu ) ditingkatkan ke 4 ( sedikit terganggu )
-
|
NIC
1. Manajemen
ssaluran cerna
a. Monitor
buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume, dan warna,
dengan cara yang tepat
b. Monitor
bising usus
c. Memulai
program latihan saluran cerna, dengan cara yang tepat
2. maanajemen
konstipasi/implikasi
a. Monitor
tanda dan gejala konstiipasi
b. Evaluasi
jenis pengobatan yang memiliki efek samping pada gastrointestinal
c. Jelaskan
penyebab dari masalah dan rasionalisasi tindakan pada pasien
3. manajemen
elektrolit/cairan
a. minimalkan
asupan makanan ddan minuman dengan diuretic atau pencahar (misalnya, the,
kopi, plum, suplemen herbal)
b. Tingkatkan
intake/asupan cairan per oral (misalnya, memberikan cairan oral sesuai
perferensi pasien, tempatkan [cairan] ditempat yang mudah dijangkau,
memberikan sedotan, dan menyediakan air segar), yang sesuai
c. Monitor
tanda-tanda vital yang sesuai
|
4.
|
Ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan hiperventilasi
Definisi :
Inspirasi dan/atau
ekspirasi yang tidak member ventilasi adekuat
Batasan karakteristik
:
1. Dispnea
2. Penurunaan
kapasitas vital
|
NOC
- Status
pernapasaan
- Kecemasaan
- Kelelahaan
Kriteria hasil :
- Kepatenan
jalan nafas dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 ( deviasi
yang cukup berat dari kisaran normal ) ditingkatkan ke 4 ( deviasi ringan
dari kisaran normal )
- Peningkataan
frekuensi pernapasaan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2
( cukup berat ) di tingkatkan ke 4 ( ringan )
- Malaise
dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 ( cukup berat ) di
tingkatkan ke 4 ( ringan )
|
NIC
1.
Manajemen jalan nafas
a. Posisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Monitor
status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya
c. Identifikasi
kebutuhan actual/potensial pasien untuk memasukan alat pembuka jalan nafas
2.
Monitor pernafasan
a. Monitor
kecepataan, irama, kedalamaan dan kesulitan bernafas
b. Catat
pergerakaan dada, catat ketidakssimestrisan, pengunaan otot-otot bantu nafas
dan retraksi pada otot supraclaviculas dan intrakosta
c. Auskultasi
suara nafas, catat area dimana terjadi penurunaan atau tiddak adanya
ventilasi dan keberadaan suara nafas tambaahaan
3.
Terapi oksigen
a. Pertahankan
kepatenaan jalan nafas
b. Monitor
efektifitas terapi oksigen ( misalnya, tekanaan oksimetri ABGs ) dengan tepat
c. Monitor
aliran oksigen
|
5.
|
Ketidakseimbangaan
nutrisi kurang dari kebutuhaan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
Definisi :
Asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan karakteristik
:
1. Gangguan sensasi rasa
2. Kelemahaan
otot untuk menelan
3. Ketidakmampuan
memakan makanan
4. Berat
badan 20% atau lebih dibawah rentang berat badan
5. Kurang
minat pada makanan
|
NOC
- Status
nutrsi
- Status
menelan
- Kepercayaan
mengenai kesehataan : merasakaan kemampuaan melakukan
Kriteria hasil :
- Asupan
gizi dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 ( banyak
menyimpang dari rentang normal ) ditingkatkan ke 4 ( sedikit menyimpang dari
rentang normal )
- Durasi
makanan dengan respek pada jumlah yang dikonsumsi dengan skala target outcome
dipertahankan pada skala 2 ( banyak terganggu ) ditingkatkan ke 4 ( sedikit
terganggu
- Keyakinaan
yang berkaitan dengan pengalamaan masa lalu terkait dengan prilaku kesehataan
yang sama dengan skala target outcome di pertahankan pada skala 2 ( lemah )
ditingkatkan ke 4 ( kuat )
-
|
NIC
1.
Manajemen nutrisi
a. Tentukan
status gizi pasien dan kemampuaan (pasien) untuk memenuhi kebutuhaan gizi
b. Identifikasi
(adanya) alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki pasien
c. Berikan
pilihaan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihaan (makanan) yang
lebih sehat, jika di perlukaan.
2.
Manajamen gangguan makann
a. Dorong
klien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama dengan ahli gizi
b. Observasi
klien dalam selama dan setelah pemberian makan/makanan ringan untuk
meyakinkan bahwa intake/asupan makanan yang cukup tercapai dan dipertahankan.
c. Ajarkan
dan dukung konsep nutrisi yang baik dengan klien ( dan orang terdekat klien
dengan tepat )
3.
Bantuan peningkataan berat badan
a. Diskusikan
dengan pasien dan keluarga mengenai persepsi atau faktor penghambat kemampuan
atau kenginan untuk makan
b. Timbang
pasien pada jam yang sama setiap hari
c. Sediakan
variasi makanan yang tinggi kalori dan bernutrisi tinggi.
|
6.
|
Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber pengetahuaan
Definisi :
Ketiadaan atau
defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu
Batasan
karakteristik:
1. Ketidakakuratan
mengikuti perintah
2. Kurang
pengertahuan
|
NOC
- Pengetahuan
: proses penyakit
- Memproses
informasi
- Motivasi
Kriteria hasil :
- Sumber
– sumber informasi penyakit spesifik yang terpercaya dengan skala target
outcome di pertahankan pada skala 2 ( pengetahuan terbatas ) ditingkatkan ke
4 ( pengetahuan banyak )
- Menunjukan
proses pikir yang terorganisir dengan skala target outcome di pertahankan
pada skala 2 ( banyak terganggu ) ditingkatakan ke 4 ( sedikt terganggu )
- Mengembangkan
rencana tindakan dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 (
jarang menujukan ) di tingkatkan ke 4 ( sering menunjukan )
-
|
NIC
1. Pengajaran
: proses penyakit
a. Kaji
tingkat pengetahuaan pasien terkait dengan proses penyakit yang spesifik
b. Kenali
pengetahuaan pasien mengenai kondisinya
c. Jelaskan
patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungannya dengan anatomi dan
fisiologis, sesuai kebutuhaan
d. Review
pengetahuaan pasien mengenai kondisinya
2. Fasilitasi
pembelajaran
a. Mulai
tindakan hanya jika pasien memang sudah siap untuk menerima proses
pembelajran
b. Tentukan
tujuan pembelajran yang jelas dan mudah dinilai
c. Berikan
informasi dengan cara yang tepat, seperti dimulai dari (hal yang) sederhana
kepada ( informasi ) yang ( lebih ) kompleks, dari ( informasi ) yang
diketahui terlebih dahulu, dari ( informasi ) yang konkrit ke ( informasi ) yang abstrak.
3. Peningkataan
kesadaran kesehatan
a. Ciptakan
lingkungan perawataan kesehataan dimana pasien dengan permasalahaan memahami
aksara dapat mencari bantuan tanpa merasa malu atau merasa dicela
b. Hindari
penggunaan akronim/singkatan dan jargon medis
c. Sediakan
materi informasi kesehatan tertulis yang mudah dipahami ( yaitu, menggunakan
kalimat-kalimat pendek dan kata-kata yang umum dengan sedikit suku kata,
menyorot poin-poin penting, menggunakan kalimat aktif, menggunakan huruf
cetak besar, menggunakan desain dan tata letak yang mudah, dipahami,
mengelompokkan konten sesuai segmen, menekan prilaku dan tindakan yang harus
dilakukan, menggunakan gambar atau diagram untuk memperjelas dan mengurangi
beban membaca.
d. Evaluasi
pemahamaan pasien dengan meminta pasien mengulangi kembali menggunakan
kata-kata sendiri atau memperagakaan keterampilan
|
7.
|
Gangguan pertukaraan
gas berhuungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Definisi :
Kelebihaan atau
defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membrane
alveolar-kapiler
Batasan
karakteristik:
1. Dispnea
2. Pola
pernapasan abnormal
3. gelisah
|
NOC
- Orientasi
kognitif
- Keparahaan
gejala
- Perfusi
jaringan
Kriteria hasil :
- Mengidentifikasi diri sendiri dengan skala
target outcome di pertahankan pada skala 2 ( banyak terganggu ) ditingkatkan
ke 4 ( sedikit terganggu )
- Intensitas
gejala dengan skala target outcome dipertahankan pada skala 2 ( cukup berat )
ditingkatkan ke 4 ( ringan )
- Aliran
darah melalui saluran pembuluh darah gastrointestinal dengan skala target
outcome di pertahankan pada skala 2 ( deviasi yang cukup berat dari kisaraan
normal ) ditingkatkan ke 4 ( deviasi ringan dari kisaran normal )
|
NIC
1.
Manajemen ventilasi mekanik :
invasif
a. Monitor
kondisi yang mengindikasikan perlunya dukungan ventilasi, (misalnya,
kelelahan otot pernafasan, disfungsi neurologi akibat trauma sekendur,
anastesia, overdosis, obat, asidosis respirasi refaktorik )
b. Monitor
gejala-gejala yang mengindikasikan peningkatan kerja pernapasan ( misalnya,
peningkatan denyut nadi tau frekuensi pernapasan, peninngkatan tekanan darah
diaphoresis perubahan status mental )
c. Monitor
tekanan ventilator, sinkronisasi pasien / ventilator, dan suara nafas pasien
2.
manajemen ventilasi mekanik :non
infasif
a. informasikan
kepada klien dan keluarga mengenai rasionalisasi dan sensasi yang di harapkan
sehubungan dengan penggunaan ventilasi non-invasive
b. tempatkan
klien pada posisi semi fowler
c. dokumentasikan
semua respon klien terhadap ventilator dan perubahaan ventilator ( misalnya,
obsevasi pergerakan dada / auskultasi, perubahaan X-ray, perubahaan ABGs
3.
Bantuan ventilasi
a. Pertahankan
kepatenan jalan nafas
b. Posisikan
untuk meminimalkan upaya bernafas ( misalnya, mengangkat kepala tempat tidur
dan memberikan over bed table bagi pasien untuk bersandar
c. Auskultasi
suara nafas, catat area area penurunan atau tidak adanya ventilasi, dan
adanya suara tambahan
d. Monitor
pernapasan dan status oksigenisasi.
|
4. Implementasi
Implementasi keperawatan
adalah tahap pelaksanaan yang dimulai setelah rencana tidankan disusun untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
5.
Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat kriteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan, keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian pasien dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipoparatiroidisme
adalah keadaan berkurangnya kerja dari pada kelenjar paratiroid yang di sertai
penurunan kadar kalcium dalam serum hingga menyebabkan tetani. Hipoparatiroid
juga merupakan gabungan dari gejala produksi hormon paratiroid yang tidak
adekuat.
Penyebab spesifik dari penyakit
hipoparatiroid belum dapat diketahui secara pasti. Adapun etiologi yang dapat
ditemukan pada penyakit hipoparatiroid, antara lain :
Defisiensi sekresi hormon paratiroid, ada dua
penyebab utama:
1. Post
operasi pengangkatan kelenjar paratiroid dan total tiroidektomi
2. Idiopatik,
penyakit ini jarang dan dapat congenital atau didapat (acquired)
B.
Saran
Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah dan
memahami apa yang tertulis dalam makalah ini sehingga bisa menambah pengetahuan
pembaca. Disamping itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para
pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek G.M, Butcher H.K, Dochterman J.M, Wagner C.M. 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC). Singapura: Elsevier Inc.
Herdman H.T (Eds), Kamitsuru S (Eds). 2015. NANDA Interntional Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.Jakarta: Penerbit Bukun Kedokteran
Moorhead S, Johnson M, Maas M.L, Swanson E. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Singapura: Elsevier Inc.
Nurarif H.A, Kusuma H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Tarwoto. (Eds). 2013. Keperawatan
Medikal Bedah Gangguan Sistem Persarafan. Edisi II. Jakarta: CV Sagung Seto
Komentar
Posting Komentar